PUSAT LAYANAN AUTIS KOTA BONTANG
Senin, 31 Oktober 2016
Senin, 24 Oktober 2016
Penyebab Autisme
Hingga kini apa yang menyebabkan seseorang
dapat menderita autisme belum diketahui secara pasti. Riset-riset yang
dilakukan oleh para ahli medis
menghasilkan beberapa hipotesa mengenai penyebab autisme.Dua hal yang diyakini sebagai pemicu autisme
adalah faktor genetik atau keturunan dan faktor lingkungan seperti pengaruh zatkimiawi
ataupun vaksin.
1. Faktor genetik
Faktor
genetik diyakini memiliki peranan yang besar bagi penyandang autisme walaupun
tidak diyakini sepenuhnya bahwa autisme hanya dapat disebabkan oleh gen dari keluarga. Riset yang dilakukan terhadap
anak autistik menunjukkan bahwa kemungkinan dua anak
kembar
identik mengalami autisme adalah 60 hingga 95 persen sedangkan kemungkinan
untuk dua saudara kandung mengalami autisme hanyalah 2,5 hingga 8,5 persen. Hal
ini diinterpretasikan sebagai peranan besar gen sebagai penyebab autisme sebab
anak kembar identik memiliki gen yang 100% sama sedangkan saudara kandung hanya
memiliki gen yang 50% sama.
2. Faktor lingkungan
Ada
dugaan bahwa autisme disebabkan oleh vaksin
MMRyang
rutin diberikan kepada anak-anak di usia dimana gejala-gejala autisme mulai
terlihat. Kekhawatiran ini disebabkan karena zat
kimia
bernama thimerosal yang digunakan untuk
mengawetkan vaksin tersebut mengandung merkuri.Unsur merkuri inilah yang
selama ini dianggap berpotensi menyebabkan autisme pada anak.Namun, tidak ada
bukti kuat yang mendukung bahwa autisme disebabkan oleh pemberian
vaksin.Penggunaan thimerosal dalam pengawetan vaksin telah diberhentikan namun
angka autisme pada anak semakin tinggi.
3. Kebutuhan Layanan Anak Autis
Sesuai dengan karakteristik autis sebagaimana
dijelaskan di atas, maka setiap anak autis membutuhkan layanan yang
berbeda-beda, tidak bias disamaratakan.Meskipun demikian secara umum ada
beberapa layanan yang dapat dipilih, baik sebagian maupun secara keseluruhan.
Beberapa layanan yang dibutuhkan autis tersebut antara lain:
1. Layanan medis, antara lain mencakup pemantauan tumbuh kembang,
pemeriksaan kesehatan umum,
2. Layanan sosial psikologis, antara lain meliputi intervensi untuk
meningkatkan kemampuan perhatian dan kepatuhan, imitasi, bahasa reseptif,
bahasa ekspresif, dan kemampuan pra akademik. Kesehatan khusus terkait dengan
autis, hambatan motoric dan sensorik, dll.
3. Layanan pendidikan, antara lain meliputi pengembangan kemampuan
binadiri, berbahasa, ketrampilan dasar membaca, menulis, berhitung, dll
Kriteria Autisme
Asosiasi Psikiatri
Amerika (2013) memberikan kriteria diagnostik untuk Autism Spectrum Disorder dalam 5 kriteria, yaitu sebagai berikut:
Kriteria A:
Adanya defisit atau kekurangan yang relatif menetap dalam komunikasi sosial dan interaksi
sosial pada berbagai situasi, yang tidak disebabkan karena
keterlambatan perkembangan secara umum, sebagaimana termanifestasikan dalam
berbagaihal di bawah ini, baik menilik pada kondisi sekarang maupun menilik
informasi masa lalu:
1. Kendala dalam hubungan sosial-emosional timbal balik: mulai dari cara
bersosialisasi yang abnormal dan kegagalan dalam menjalin komunikasi timbal
balik sampai pada kurangnya kemampuan untuk berbagi tentang hal-hal yang
menarik, berbagi rasa (emosi), suasana hati, hingga kegagalan untuk memulai
atau merespon interaksi sosial.
2. Kendala dalam penggunaan komunikasi non-verbal untuk interaksi sosial:
mulai dari kemampuan yang rendah dalam mengintegrasikan komunikasi
verbal-nonverbal, hingga abnormalitas pada kontak mata dan bahasa tubuh maupun
kurangnya pemahaman dan penggunaan gerak isyarat tubuh, hingga kekurangan
secara total dalam ekspresi wajah dan komunikasi non-verbal.
3. Kendala dalam mengembangkan, mempertahankan dan memahami hubungan sosial
mulai dari kesulitan menyesuaikan perilaku agar sesuai dengan berbagai konteks
sosial, sampai kesulitan dalam bermain imajinatif dan menjalin pertemanan,
hingga tidak adanya ketertarikan pada orang lain.
Kriteria B:Pola perilaku,
ketertarikan, atau aktivitas yang terbatas dan berulang, sebagaimana dimanifestasikan
paling tidak dalam dua hal berikut ini, baik menilik pada kondisi sekarang maupun
menilik informasi masa lalu:
1. Gerakan motorik, penggunaan obyek
atau bicara yang stereotip dan berulang (seperti stereotip gerakan
motorik sederhana, ekolalia, ungkapan idiosinkratik).
2. Ketaatan pada rutinitas yang berlebihan/kaku, adanya pola ritualistik
perilaku verbal dan non verbal atau kesulitan untuk berubah: (seperti misalnya
: distres ekstrim ketika terjadi prubahan kecil, kesulitan dengan perubahan,
pola pikir kaku, butuh atas rute yang
sama atau pemilihan jenis makanan yang sama setiap hari).
3. Ketertarikan yang terbatas dan kaku, yang abnormal dalam intensitas dan
fokus (seperti kelekatan yang kuat atau preokupasi dengan obyek yang tidak
biasa, ketertarikan yang sangat terbatas).
4. Reaksi yang berlebihan atau sangat kekurangan terhadap rangsang sensori
atau ketertarikan yang tidak biasa terhadap aspek sensori lingkungan: (seperti
misalnya keacuhan terhadap rasa sakit / suhu, respon yang tidak tepat pada bunyi,
aroma atau sentuhan, terpesona secara berlebihan pada lampu atau obyek
berputar).
Kriteria C :Simptom harus mulai terlihat /ada pada masa
kanak awal (walaupun mungkin belum termanifestasi secara nyata sampai kapasitas
anak yang terbatas tidak lagi dapat memenuhi tuntutan secara sosial atau
ditutupi dengan strategi yang dipelajari ).
Kriteria D
: Simtom yang terjadi menyebabkan gangguan yang signifikan secara klinis dalam
fungsi keseharian pada area sosial, okupasi ataupun area penting lain.
Kriteria E
: Gangguan ini tidak dapat diterangkan sekedar dengan ketidakmampuan
intelektual (gangguan perkembangan intelektual) atau keterlambatan perkembangan
umum (global developmental delay).
Gangguan intelektual dan spektrum gangguan autisme seringkali terjadi
bersamaan; untuk membuat diagnosis spektrum gangguan autisme dan gangguan
intelektual menjadi co-morbid,
komunikasi sosial harus dibawah dari tingkat perkembangan umum yang diharapkan.
Secara spesifik karasteristik hambatan
dominan pada anak autis diantaranya sebagai berikut:
a. Prilaku terbatas dan Perilaku mengulang
Hambatan tentang prilaku terbatas meliputi
hambatan yang terjadi di beberapa area
berikut ini antara lain: sangat menyukai perilaku yang di ulang – ulang, misalnya flapping dan menata mobil mainan,mempunyai cara komunikasi
yang tidak lazim /unik antara lain echolalia, monologues, jargon.Cenderung malakukan kegiatan yang sama atau
rutin, cenderung memiliki ketertarikan yang dominan pada hal-hal yang spesifik
(ketertarian pada satu obyek dan aktifitas yng tidak relevan). Memiliki sensori yang terkadang sangat sensitive atau sebaliknya (Hiper atau hipo sensitive dalam merespon sistem
sensori). Memiliki sensori terhadap lingkungan yang
tidak lazim seperti, gerakan yang tidak lazim, penciuman, cahaya, sentuhan dan sejenisnya
b. Hambatan kumunikasi dan berinteraksi social
Hambatan komukasi sosial meliputi hambatan yang terjadi di beberapa
area berikut ini antara lain: membuka
dan melanjutkankan percakapan, komunikasi secara non verbal ,berbagi kesenangan
atau hobby dengan orang lain,memahami emosi yang terjadi pada diri sendiri dan
orang lain, berinisiatif untuk melakukan interaksi sosial, memelihara dan
mengembangkan suatu hubungan dalam pergaulan, tidak tertarik untuk berteman,
prilaku yang sulit beradaptasi terhadap suatu perubahan ,hambatan dalam
berbicara dan logika berfikir.
Derajat Autisme
Autisme pada DSM-5 disebut sebagai Autism Spectrum Disorder (ASD) yaitu
dikarakterisasikan sebagai defisit yang persisten dalam komunikasi dan
interaksi sosial pada berbagai situasi, termasuk defisit hubungan timbal balik
sosial, perilaku komunikatif non-verbal, dan ketrampilan mengembangkan,
mempertahankan serta memahami hubungan.Sebagai tambahan atas defisit dari
diagnosis ASD yaitu adanya pola perilaku minat yang terbatas, maupun aktivitas
yang berulang.
Derajat berat ringannya autisitas anak
berdasarkan DSM -5 dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu :
Derajat Autistik
|
Komunikasi Sosial
|
Ketertarikan yang terbatas dan perilaku berulang
|
Derajat 1
Membutuhkan dukungan/bantuan ringan
|
Dapat berinteraksi sosial tanpa bantuan,
walaupun mengalami kendala atau kekurangan dalam komunikasi sosial
|
Keterbatasan yang nyata paling tidak pada
satu hal.
|
Derajat 2
Membutuhkan dukungan / bantuan sedang
|
Ditandai dengan kekurangan dan keterbatasan
dalam berinteraksi serta dalam memberikan respon secara social
|
Ditandai dengan keterbatasan yang nyata
dalam beberapa hal.
|
Derajat 3
Sangat membutuhkan dukungan / bantuan
|
Kemampuan berkomunikasi sosial yang
terbatas
|
Ditandai dengan adanya keterbatasan yang
nyata dalam kehidupan sehari-hari.
|
Derajat autistik berdasarkan fungsi
kecerdasan dapat dikategorikan ke dalam 3 tingkatan, yaitu :
a. Fungsi kecerdasan rendah.
Anak
autis yang temasuk ke dalam kategori kecerdasan
rendahmaka dikemudian hari kecil kemungkinan untuk dapat diharapkan untuk hidup mandiri secara
penuh, ia tetap akan memerlukan bantuan orang lain.
b. Fungsi kecerdasan menengah.
Apabila penderita masuk ke dalam kategori kecerdasan menengah maka memungkinkan untuk dilatih bermasyarakat
dan mempunyai kesempatan yang cukup baik bila diberikan pendidikan khusus yang
dirancang secara khusus untuk penyandang autis.
c. Fungsi kecerdasan tinggi.
Apabila penderitanya masuk ke dalam kategori kecerdasan tinggimaka dengan pendidikan yang tepat, diharapkan dapat hidup secara mandiri bahkan dimungkinkan dapat berprestasi, dapat juga hidup berkeluarga.
Apabila penderitanya masuk ke dalam kategori kecerdasan tinggimaka dengan pendidikan yang tepat, diharapkan dapat hidup secara mandiri bahkan dimungkinkan dapat berprestasi, dapat juga hidup berkeluarga.
Langganan:
Postingan (Atom)